Rabu, 26 Oktober 2011

PERKEMBANGAN BIMBINGAN KONSELING SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh faktor filosofis, psikologis, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perluasan program pendidikan. Latar belakang filosofis berkaitan dengan pandangan tentang hakikat manusia. salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya semangat memberikan bimbingan adalah filsafat humanisme. Aliran filsafat ini berpandangan bahwa, manusia memiki potensi untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Aliran ini mempunyai keyakinan bahwa masyarakat yang miskin dapat dikembangkan melalui bimbingan pekerjaan sehingga pengangguran dapat dihapuskan. Mereka berpandangan, bahwa sekolah adalah tempat yang baik untuk memberikan bimbingan pekerjaan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
read more . . .
2.      Rumusan masalah
(a)    Bagaimana sejarah bimbingan konseling?
(b)   Jelaskan teknik-teknik konseling, seta peranan konseling dalam aspek-aspek kehidupan?
(c)    Apa saja ragam bimbingan menurut masalah?
3.      Tujuan
Dari penjelasan makalah ini penulis bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah bimbingan konseling di samping itu untuk memperdalam pemahaman agar mempunyai wawasan yang luas tentang bimbingan konseling.




BAB II
PEMBAHASAN
A.     Sejarah Perkembangan Bimbingan Konseling
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari masyarakat yunani kono. Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor Yunani Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis.[1]
Layanan bimbingan di Amerika Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada sekitar tahun 1898-1907. Beliau bekerja sebagai konselor sekolah sekolah menengah di Detroit. Dalam waktu sepuluh tahun, ia membantu mengatasi masalah-masalah pendidikan,moral, dan jabatan siswa. Pada tahun 1908, Frank parsons mendirikan Vocotional bureau untuk membantu para remaja memilih pekerjaan yang cocok bagi mereka. Tahun 1910, Wiiliam Healy mendirikan Juvenile psychopathic institut di chicago. Tahun 1911, Universitas Harvard memberikan kuliah bidang bimbingan jabatan dengan dosenya Meyer Blomfield. Tahun 1912, Grand Rapiids, Michigan mendirikan lembaga bimbingan dalam sistem sekolahnya. Tahun 1913 berdiri National Vocational Guidance Assosiation di Grand Rapids.[2]
Perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat sangat pesat pada awal tahun 1950. Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American Personnel and Guidance Association) pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan juli 1983 APGA mengubah namanya menjadi AACD (American Assosiation for counseling and development). Kemudian, satu organisasi lainya bergabung pula dengan AACD merupakan organisasi profesional bagi para konselor di Amerika Serikat, dengan 14 divisi (organisasi khusus) yang tergabung di dalamnya. Di samping itu, pada setiap negara bagian atau wilayah tertentu terdapat semacam cabang dari masing-masing organisasi tersebut.
Sebagi suatu organisasi profesi, AACD ataupun organisasi divisinya mengeluarkan jurnal-jurnal secara berkala.jurnal tersebut diantaranya (1) journal of counseling and development (2) journal of college student personnel (3) counselor education and supervision dan (4) the career development Quarterly.[3]
B.     Sejarah Perkembangan Bimbingan Konseling di Indonesia
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia lebih banyak dilakukan dalam kegiatan pendidikan formal di sekolah. Pada awal tahun 1960 di beberapa sekolah dilaksanakan program bimbingan yang terbatas pada bimbingan akademis. Pada tahun 1964, lahir kurikulum SMA gaya baru, dengan keharusan melaksakan program bimbingan dan penyuluhan. Tetapi, program ini tidak berkembang karena kurang persiapan prasyarat, terutama kurangnya tenaga pembimbing yang profesional. Untuk mengatasi masalh tersebut, maka pada dasawarsa 60-an Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, dan diteruskan oleh Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1963) membuka jurusan Bimbingan dan penyuluhan yang sekarang dikenal di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan nama jurusan Psikologi pendidikan dan Bimbingan (PPB).
Setelah dirintis dalam dekade 60-an, bimbingan dicoba penataannya dalam dekade 70-an. Proyek perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) membawa harapan baru pada pelaksanaan bimbingan di sekolah karena staf bimbingan memegang peranan penting dalam sistem sekolah pembangunan. Secara formal bimbingan dan konseling diprogramkan di sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975 yang menyatakan bahwa bimbingan dan penyuluhan merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah. Pada tahun 1975 berdiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang. IPBI ini memberikan  pengaruh terhadap perluasan program bimbingan di sekolah.
Setelah melalui penataan, dalam dekade 80-an, bimbingan diupayakan agar lebih mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk mewujudkan layanan bimbingan yang profesional. Upaya-upaya dalam dekade ini lebih mengarah pada profesionalitas yang lebih mantap. Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini adalah penyempurnaan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Dalam kurikulum 1984 , telak dimasukkan bimbingan karier di dalamnya. Usaha pemantapan bimbingan terus dilanjutkan dengan diberlakukannya UU no.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya pada masa yang akan datang.
Penataan bimbingan terus dilanjutkan dengan dikelurkanya SK Menpan No. 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam pasal 3 disebutkan tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya, pada tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik.[4]





C.     Teknik teknik konseling[5]

Proses konseling terdiri atas tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal atau tahap mendefinisikan masalah (2) memantapkan rencana klien (3) tahap akhir atau tahap perubahan dan tindakan (action). Setiap tahapan konseling ada teknik-teknik tertentu berikut ini secara tematis dikemukakan teknik-teknik konseling yang dapat digunakan pada

Tahap awal (definisi masalah)
Tahap pertengahan (tahap kerja)
Tahap akhir (action)
·        Attending
·        Mendengarkan
·        Empati
·        Refleksi
·        Eksplorasi
·        Bertanya
·        Menagkap pesan utama
·        Mendorong &dorongan minimal

·        Menyimpulkan sementara
·        Memimpin
·        Memfokuskan
·        Kronfrontasi
·        Menjernihkan
·        Memudahkan
·        Mengarahkan
·        Dorongan minimal
·        Diam
·        Mengambil inisiatif
·        Memberi nasehat
·        Member informasi
·        Menafsirkan
·        Menyimpulkan
·        Merencanakan
·        Menilai
·        Mengakhiri konseling









D.    Konseling dalam aspek-aspek kehidupan[6]
Pelaksaaan hubungan konseling (helping rationship) bukan semata-mata terjadi di lab bimbingan dan konseling di sekolah saja. Akan tetapi terjadi di seluruh bidang kehidupan dimana terjadi hubungan antara manusia dengan manusia. Dengan kata lain bila terjadi interaksi antara individu dengan individu lain, maka disana akan terjadi hubungan yang membantu.
Hubungan yang membantu dan hubungan konseling adalah sama. Tujuanya adalah untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan membantu individu yang membutuhkannya. Beberapa bidang kehidupan atau provesi yang melakukan hubungan yang membantu antara lain adalah.
1.      Dunia kedokteran/ kesehatan
Disini terjadi hubungan antara dokter dan pasien atau perawat dengan pasien. Bidang kedokteran selalu melibatkan dokter, perawat, dan pasien beserta keluarganya. Selama ini, hubungan dokter-pasien dan perawat-pasien dirakan kaku dan di dominasi oleh pihak dokter/perawat. Sering terjadi dokter kurang terbika terhadap pasien, dia seolah-olah penentu segalanya mengenai kesehatan sang pasien. Padahal pasien amat membutuhkan banyak informasi yang jelas tentang penyakitnya, obat, operasi, biaya, dan sebagainya.
Banyak pasien yang pasrah saja dan menerima saja apa-apa yang dikatakan dokter. Mungkin faktor budaya nrimo. Tak berani protes, dan sikap menyerah dari sebagian bangsa kita, terutama orang desa yang disebabkan lemahnya aspek pendidikan, menjadi alasan mengapa banyak dokter bersikap otoriter. Demikian pula dengan sang perawat, sering digambarkan masyarakat sebagai orang yang judes (sombong, angkuh), tidak mengenal perasaan pasien, dan sebagainya. Mereka sering bersikap kasar terhadap pasien atau keluarganya., terutama dirumah sakit pemerintah.
Pasien adalah manusia dengan segenap aspeknya (fisik, psikis, sosial, dan sebagainya). Dia mempunyai kebutuhan yang amat mendalam yakni ingin sembuh dengan biaya yang terjangkau. Pelayanan yang baik terhadap kesehatanya merupakan kebutuhan kejiwaan yang mendalam dan bukan semata kebutuhan fisik. Sering terjadi dokter kurang bersahabat dan perawat yang kasar, akan memperlama kesembuhan pasien. Namun banyak terjadi bahwa dokter dan perawat yang ramah dan sabar dapat mempercepat kesembuhan, karena pasien mempunyai harapan hidup yang tinggi berkat dorongan dokter dan perawat.
Relasi dokter-pasien seharusnya merupakan hubungan yang membantu (helping relationship). Artinya sebagai tenaga profesional dibidang kesehatan, dokter membantu pasien hati nurani ikhlas dan rela demi abadah kepada Tuhan melalui hubungan baik sesama manusia. dokter adalah profesional yang ahli dalam penyembuhan. Namun dengan keikhlasan dan keramahan hubungan yang membantu tampak lebih menonjol ketimbang untuk menambah penghasilan belaka. Dokter yang menghargai, ramah, penuh perhatian dan memotivasi pasien supaya cepat sembuh, maka pasien dapat segera sembuh sebab kejiwaannya jadi senang, tenang, dan punya harapan hidup tinggi.
Masalah yang dihadapi dokter dan perawat bukan soal profesinya. Akan tetapi bagaimana cara (teknik) berkomunikasi yang dapat mempercepat kesembuhan dan perkembangan pasien. Cara berkomunikasi yang dimaksud adalah dialog dua arah bukan hanya dialog yang searah berupa instruksi dokter, akan tetapi dialog yang membuat pasien menyatakan semua keinginan, keluhan, kecemasan, dan sebaginya. Kemudian di tanggapi dengan positif, ramah, bersahabat oleh dokter. Semua teknik berkomunikasi itu terdapat dalam hubungan konseling.[7]



2.      Perusahaan dan industri[8]
Hubungan konseling terjadi juga antara pemimpin perusahaan dengan karyawan. Hubungan itu harus dapat mengembangkan karyawan sehingga ia bekerja dan berkarya secara optimal . kreatifitas karyawan yang didorong oleh pengusaha akan berkembang pesat. Berarti pemimpin perusahaan sudah saatnya memahami kehidupan psikis karyawannya, terutama kebutuhan fisik, biologis, kejiwaan dan sosial, serta emosionalnya. Dengan demikian pengusaha tidak akan sewenang-wenang, melainkan lebih empati (memahami apa yang dirasakan karyawan), menghargai, perhatian, dan memotivasi. Berarti pimpinan perusahaan merupakan pembimbing bagi karyawannya, dengan sikap toleran, terbuka, asli , menghargai. Sifat-sifat seperti akan membuat karyawan jujur, terbuka semangat, dan kreatif. Namun bila dilihat kenyataan perusahaan saat ini hubungan pengusaha dengan karyawan amat formal, tertutup, otoriter, dan menekan. Banyak bukti telah berbicara antara lain adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) tanpa musyawarah dengan karyawan. Posisi karyawan begitu lemah ditambah lagi dengan sikap otoriter pengusaha yang menganggap karyawan hanyalah alat seperti mesin atau alat pembantu mesin membuat karyawan terpuruk. Akibatnya karyawan bersikap masa bodoh, takut, dan bekerja sesuai apa yang ditugaskan. Rasa memiliki akan hilang, sehingga mereka bekerja asal-asalan dan jarang yang sudi memelihara keselamatan barang-barang dan alat produktivitas jelas rendah dan akan sering terjadi pencurian alat-alat sehingga pengawasan akan semakin sulit. Karyawan bekerja tanpa rasa setia dan terpaksa tanpa rasa ingin sesuap nasi. Bekerja kalau ada perintah dan pengawasan. Jika pengawas sudah pergi, karyawan kembali beketrja asal-asalan dan tidak bersungguh-sungguh. Terjadinya  demonstrasi para buruh akhir-akhir ini banyak bersumber dari kurangnya komunikasi dan perhatian pengusaha terhadap karyawan. Jika demonstrasi itu terjadi   sampai merusak, yang rugi jelas perusahaan dan negara (karena pengusaha meminjam uang dari bank negara).
Komunikasi konseling di perusahaan adalah yang menggunakan teknik-teknik untuk lebih menggali keinginan karyawan, tekanan perasaan, motif, dan sebagainya.[9]
3.      Bidang Pendidikan
Pendidikan pada umumnya selalu berintikan bimbingan. Sebab pendidikan bertujuan agar anak didik menjadi kreatiif, produktif, dan mandiri. Artinya pendidikan berupaya untuk mengembangkan individu anak. Segala aspek dari anak didik harus dikembangkan seperti intelektual, moral, sosial, kognitif, dan emosional. Bimbingan dan konseling adalah upaya untuk membantu perkembangan aspek-aspek tersebut menjadi optimal, harmonis dan wajar.
            Relasi pendidikan antara pendidk dengan anak didik merupakan hubungan yang membantu karena selalu diupayakan agar ada motivasi pendidik untuk mengembangkan potensi anak didik dan membantu anak didik untuk memecahkan masalahnya.
            Di keluarga, relasi antara orang tua dengan anak-anak merupakan relasi yang membantu. Karena itu orang tua harus dengan sadar untuk mengembangkan potensi anaknya. Cara utama adalah orang tua menciptakan situasi rumah yang kondusif untuk berkembang, belajar, berinisisatif, berkreatif, dan sebagainya. Masih banyak segi-segi kehidupan yang memerlukan konsep bimbingan dan konseling seperti profesi pekerja sosial, pegawai negeri, pedagang, negosiator, dan sebagainya.
            Secara umum tujuan hubungan yang membantu sebagaimana yang dikemukakan di atas adalah sebagai berikut:
1.      Mengembangkan potensi individu secara optimal sehingga dia kreatif, produktif, mandiri dan bersifat religius.
2.      Memecahkan masalah yang dihadapi individu sehingga dia terlepas dari tekanan emosional (stress), kemudian muncul idenya yang cermelang untuk merencanakan hidupnya secara wajar.
Dalam kehidupan sosial terutama dalam relasi antar manusia, keterampilan konseling (hubungan yang membantu) amat berguna. Namun keterampilan-keterampilan itu digunakan dengan cara yang intens (mendalam) atau tidak, tergantung kepada taraf profesional seseorang.
Menurut Barbara Okun (1987:5-6) ada tiga taraf pembimbing:
1.      Pembimbing profesional. Pembimbing ini adalah spesialis yang telah dilatih dalam konseling dan paling sedikit berijazah S1. Orang ini disebut juga konselor.
2.      Pembimbing paraprofesional. Yaitu orang-orang yang bekerja dibidang pelayanan manusia. minimal mereka adalah sarjana muda, seperti pekerja sosial, pembantu psikolog dan psikiater, pekerja lapangan, petugas masjid dan gereja, guru, petugas panti asuhan, dan sebagainya.
3.      Pembimbing nonprofesional. Biasanya adalah orang-orang yang tidak mendapat latihan khusus dalam bimbingan kecuali melalui seminar, penataran serta dari bacaan-bacaan. Orang-orang ini bekerja sebagai pewawancara, pemimpin perusahaan, dokter, pelatih, supervisor.
Merujuk pada okun tadi, maka konseling dapat dilatihkan kepada orang-orang yang bergerak dalam interkasi dengan manusia. misalnya ibu-ibu rumah tangga, petugas kepolisian, petugas pajak, petugas telkom, dan sebagainya.[10]




Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah[11]
Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Dalam kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus.
a.       Keterkaitan antara bidang pelayanan bimbingan konseling dan bidang-bidang lainnya
Dalam proses pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan Schmuller (1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait. Bidang-bidang tersebut hendaknya secara lengkap ada apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi secara optimal kebutuhan peserta didik dalam proses perkembangannya.
Dalam bidang-bidang pelayanan di sekolah terdapat tiga bidang pelayanan pendidikan, yaitu:
(1)      Bidang kurikulum dan pengajaran meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.
(2)      Bidang administrasi atau kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan, dan pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik, dan pengawasan.
(3)      Bidang kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik itu dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi, dan minat-minatnya, serta tahap-tahap perkembangannya. Bidang ini dikenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling.
Ketiga bidang tersebut memiliki arah yang sama, yaitu memberikan kemudahan bagi pencapaian perkembangan yang optimal peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengajaran. Misalnya, proses belajar-mengajar akan dapat berjalan dengan efektif apabila siswa terbebas dari masalah-masalah yang mengganggu proses belajarnya. Pembebasan masalah-masalah siswa itu dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Lebih jauh, materi layanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan oleh guru untuk penyesuaian pengajaran dengan individualitas siswa. Demikian juga terhadap administrasi dan supervisi, bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti; misalnya dalam kaitannya dengan penyusunan kurikulum, pengembangan program-program belajar, pengambilan kebijakan yang tepat dalam rangka penciptaan iklim sekolah yang benar-benar menunjang bagi pemenuhan kebutuhan dan perkembangan siswa.[12]
Dalam bidang bimbingan dan konseling tersebut diwujudkanlah segenap fungsi-fungsi bimbingan dan konseling melalui berbagai layanan dan kegiatan. Konselor dengan kemampuan profesionalnya mengisi bidang tersebut sepenuhnya dengan bekerja sama dengan berbagai pihak yang dapat menunjang pecapaian tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.
a.       Tanggung jawab konselor sekolah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar