Rabu, 26 Oktober 2011

Mengkaji Tentang Aliran dan Faham Sesat di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah
                          Fenomena aliran sesat yang mengatasnamakan Islam, belakangan ini semakin berkembang dan semakin subur, diantara 9 aliran yang telah divonis MUI sesat sejak 1989, yaitu: NII (Negara Islam Indonesia), Jama’ah Tabligh, Ikhwanul Muslimin. Padahal sudah jelas dalam firman Allah tentang kesempurnaan Islam QS. Al – Maidah, 5:3 :
              اليوم اكملت لكم دينكم واتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الاسلام دينا
              ….. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
read more . . .
                          Merebaknya panji-panji yang bertentangan dengan esensi ajaran agama Islam dewasa ini, tentu melahirkan beberapa problema serius,yang patut untuk didiskusikan, Mengingat tidak ada perubahan aturan ibadah yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW
2.      Rumusan Masalah
1)      Apa saja Kriteria dan faktor-faktor munculnya aliran sesat?
2)      Latar belakang apa munculnya aliran Sesat :
a. NII (Negara Islam Indonesia) ?
b. Ikhwanul Muslimin ?
c. Jama’ah Tabligh ?
3)      Bagaimana cara menghindari aliran sesat?
3.      Tujuan
Dari penjelasan makalah ini penulis bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teologi Islam di samping itu untuk memperdalam pemahaman mahasiswa agar mempunyai wawasan yang luas tentang pemikiran aliran-aliran sesat Islam yang tersebar di Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN
1.      a. Kriteria aliran sesat
            Suatu saat umat Islam akan terpecah menjadi 73[1] kelompok-kelompok, golongan-golongan, dan yang benar tiada lain hanyalah AHLI SUNNAH WAL JAMA’AH. Hal ini bukan aliran tapi sebutan bagi mereka yang menjalankan ibadah sesuai dengan Al-Qur’an & As-Sunah dan yang lainnya dianggap sesat/masuk neraka.
            Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan 10 kriteria aliran sesat.[2]
1.      Mengingkari rukun iman dan rukun Islam
2.      Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan as-sunah),
3.      Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran
4.      Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran
5.      Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir
6.      Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam
7.      Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
8.      Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir
9.      Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah
10.  Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar’i
Dari kriteria diatas dapat membuka tabir keberadaan aliran-aliran yang diasumsikan sesat, dan menyesatkan dalam beberapa decade berkembangnya di Indonesia dewasa ini. Sepuluh poin yang dikemukakan oleh MUI ini bukan tanpa dasar, bahkan dilandasi oleh banyak dalil dari Al Qur’an dan hadits serta bersesuaian dengan prinsip-prinsip Ahlussunnah Wal Jama’ah. Namun tidak memungkinkan bagi penulis untuk membahasnya secara rinci di sini. Selain itu, penulis juga merasa perlu untuk membahas ciri-ciri lain dari aliran-aliran sesat yang berkembang di Indonesia, di antaranya yaitu:
1.      Memiliki amalan-amalan khusus yang tidak berdasar
Sebagian aliran sesat memiliki amalan-amalan tertentu yang nyeleneh. Misalnya, ada aliran sesat yang memerintahkan pengikutnya bersetubuh di depan pemimpinnya, atau aliran yang membolehkan shalat tanpa berwudhu, atau aliran yang mengharuskan pengikutnya pergi mengembara (khuruj) dalam jangka waktu tertentu. Dikatakan nyeleneh karena tidak ada dasarnya dari Al Qur’an, hadits atau contoh dari para sahabat. Padahal Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam melarang keras berbuat sesuatu dalam agama kecuali ada landasannya dari dalil. Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” [3](HR. Muslim no. 1718)
2. Menjanjikan penebusan dosa dengan amalan tertentu tanpa dalil
Semua dosa terhapus dengan menyumbang infaq sebesar sekian juta kepada imam, atau semua dosa hangus jika ikut ‘hijrah’, atau semua dosa sirna jika berhasil mengajak sekian orang menjadi pengikut. Itulah yang dijanjikan sebagian aliran sesat. Padahal tentunya kita semua sepakat masalah pengampunan dosa adalah kuasa Allah Ta’ala. Jadi, perkara yang dapat menghapus dosa tentunya harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala melalui Al Qur’an atau melalui lisan Nabi-Nya shallallahu ’alaihi wa sallam. Semisal puasa Asyura’, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Puasa ’Asyura’ akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 2804). Juga amal-amal kebaikan, dapat menghapuskan dosa-dosa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Sesungguhnya amal-amal kebaikan menghapuskan amal-amal keburukan” (Q.S. Huud: 114). Namun kepastian diampuni dan besarnya ampunan berpulang pada kehendak Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, namun Allah mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Ia kehendaki” (Q.S. An Nisa: 48)
3. Mengajak kepada semangat kekelompokkan (hizbiyyah)
Sungguh sayang sebagian ummat Islam di masa ini gemar mengajak orang untuk berkelompok-kelompok dalam agama. Kelompok-kelompok tersebut pun dijadikan tolak ukur loyal dan benci (wala wal baro’). Lebih parah lagi jika ditambahi dengan taqlid buta dengan kelompoknya. Sehingga ia mati-matian berpegang teguh pada aturan-aturan kelompok, serta membela tokoh-tokoh kelompok meskipun bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Jika demikian, mereka telah menyimpang dari jalan yang benar. Karena Allah Ta’ala memerintahkan ummat Islam untuk bersatu di atas kebenaran. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Berpegang teguhlah kalian pada tali Allah, dan janganlah kalian berpecah-belah” (QS. Al Imran: 103)[4]
4. Mengajak untuk memberontak kepada penguasa muslim
Imam Ahmad bin Hambal atau dikenal dengan Imam Hambali berkata, “(Pokok keyakinan Ahlus Sunnah menurut kami, salah satunya adalah) tidak halalnya memerangi penguasa muslim yang sah. Dan tidak halal bagi seorang pun untuk memberontak kepadanya. Orang yang memberontak dan memeranginya maka ia adalah ahli bid’ah yang telah keluar dari jalan kebenaran.” (Lihat Ushul As Sunnah). Islam mengajarkan ummatnya agar patuh kepada penguasa, presiden, raja, perdana menteri atau sejenisnya dan tidak memberontak, meskipun ia adalah penguasa yang zhalim. Selama ia seorang muslim yang mengerjakan shalat. Jika ia seorang yang zhalim, maka kewajiban rakyat adalah memberi nasehat dengan cara yang baik, bukan memberontak dan tetap taat kepadanya pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariat.
Suatu ketika seorang sahabat, yaitu Salamah bin Yazid Al Ju’fiy bertanya kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, “Bagaimana pendapat engkau jika penguasa yang memerintah kami menuntut haknya namun tidak menunaikan hak kami, apa yang engkau perintahkan kepada kami? Lalu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berpaling darinya, kemudian Salamah bertanya lagi kedua kali atau ketiga kalinya. Lalu Al Asy’ats bin Qais menariknya dan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berkata: Patuhi dan taatilah ia, karena mereka akan menanggung tanggung jawabnya dan kalian menanggung tanggung jawab kalian.” (HR. Muslim). Dalam hadits lainnya, dari Hudzaifah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.” (HR. Muslim)
Maka aliran-aliran yang memberontak pada pemerintah yang sah dengan mengadakan demo, gerakan bawah tanah, menyusun pemberontakan, mencaci-maki pemerintah, ini semua telah melanggar wasiat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam di atas.[5]




b.                                                    Faktor-faktor munculnya aliran sesat
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya ajaran-ajaran sesat, di antaranya[6]:
  • Bodoh tentang agama (اَلْجَهْلُ بِالدِّيْن). Perkara ini terjadi disebabkan karena beberapa hal, seperti, ketidak inginan seseorang mepelajari hakikat syari’at Islam dan aqidah Islam. Adakalanya belajar agama tapi tidak tamat, dalam artian setengah-tengah atau tanggung-tanggung, sehingga terjadi kesamaran dan tidak jelas dihadapannya yang hak dari yang batil, maka ia menganggap yang hak adalah batil dan yang batil adalah hak.
  • Konflik politik dan Politisasi Agama (َالْخِلاَفُ السِّيَاسِيُ وَتَسْيِيْسُ الدِّيْن) sebagaimana yang terjadi dalam sejarah penubuhan sekte-sekte teologi Islam).
  • Unsur kesengajaan (اَلتَّخْرِيْبْ), alias mempunyai niat jahat untuk menghancurkan sendi-sendi agama sehingga melakukan ”sabotase”. Usaha semacam ini identik dengan usaha yang dilakukan oleh kalangan sekuler dan liberal, melalui berbagai propaganda, seperti menamakan diri sebagai gerakan: rasionalis (al-‘Aqlaniyah), pencerahan (at-Tanwir), kebangkitan (an-Nahdhah), dan terminologi-terminologi lain yang mungkin dapat membuat sebagian orang merasa tertarik dan terpengaruh. Sebab slogan-slogan tersebut mengandung semangat kemoderenan (sprit of the times). Namun pada hakikatnya adalah "Tazwir ad-Din wa al-Afkar" (Mengaburkan agama, baik yang berkaitan dengan syari’at ataupun aqidah). Atau sekurang-kurangnya dengan bahasa yang lebih halus ”Reformasi Wacana keIslaman”, yang di dunia arab dikenal dengan istilah: ”Tajdid al-Din atau al-Khitab al-Islami”. Ada juga istilah yang baru-baru ini muncul, yaitu: ”Tathwir ad-Din” (Mengembangkan agama), yang kesemuanya ditopang dengan konsep barat yang dikenal dengan: ”Hermeneutika”. Pada 23/01/2010-eramuslim.com. penulis telah menulis sebuah artikel dengan judul ”Konsep Ta’wil Bathiniyah & Pengaruhnya Terhadap Hermeneutika (Liberal)”,
  • Keliru dalam memahami konsep agama atau metode istinbat (خَطَأُ الْفَهْمِ عَنِ الدِّيْنْ), seperti kurangnya pengetahuain tentang kaedah-kaedah dalam berbagai disiplin ilmu Islam, ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir dan ilmu hadits. Sebagaimana yang terjadi dalam syi’ah Isma’iliyah dan Syi’ah Imamiyah, mereka tidak membedakan ayat muhkamat ataupun ayat mutasyabihat, oleh karena itu seluruh ayat al-Qur’an bagi mereka dapat dita’wilkan sesuai pemahaman dan tuntunan mazhab mereka.[7]
  • Berlebih-lebihan atau menganggap remeh ajaran agama (اَلإِفْرَاطُ وَالتَّفْرِيْطُ) atau dengan kata lain: ekstrim dan radikal, sehingga menimbulkan sifat ta’assub (merasa paling benar). Sifat ini telah digambarkan oleh Qur’an dalam beberapa firman Allah Swt:
  • (وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنزَلَ اللّهُ قَالُواْ بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ شَيْئاً وَلاَ يَهْتَدُونَ)
  • “Dan apabila dikatakan kepada mereka:"Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak) tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk". (al-Baqarah:170).
Pada ayat lain Allah menegur Ahlu Kitab atas perbuatan ekstrim yang dilakukan oleh mereka:
(يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ وَلاَ تَقُولُواْ عَلَى اللّهِ إِلاَّ الْحَقِّ)
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar”. (an-Nisa:171).
Imam at-Thabari dalam tafsir ”Majma’ al-Bayan”, menyebutkan bahwa ayat di atas ditujukan kepada kaum Yahudi dan Nasrani, di mana Allah swt mengecam berbagai ideologi mereka, Nasrani mengatakan bahwa Isa as adalah anak Allah, sebagian mengatakan bahwa Isa adalah Tuhan dan terlebih lagi dengan konsep Triniti yang dicipta sendiri oleh mereka. Begitu halnya dengan Yahudi yang melekatkan sifat-sifat bagi Allah, namun tidak layak bagi-Nya, seperti anggapan bahwa Allah hanyalah sekedar zat yang fakir, tangan Allah terbelenggu dan sebagainya.
Berkaitan dengan ini, Rasulullah saw melarang umatnya bersikap ekstrim terhadap dirinya:
(وَلاَ تَطْرُوْنِي كَمَا أَطَرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَم، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا: عَبْدَ اللهِ وَرَسُوْلَهُ)
“Janganlah kamu sekalian berlebihan dalam memujiku sebagaimana umat Nasrani memuji Isa, sebab saya hanyalah seorang hamba Allah, maka katakanlah bahwa saya ini hamba Allah dan utusan-Nya”. (Riwayat Bukhari).
Oleh karena itu Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa kesesatan berpikir dan bid’ah-bid’ah yang ditimbulkan oleh golongan Khawarij bukanlah karena mengingkari agama atau menolak kebenaran agama, tetapi karena kebodohan dan kesesatan dalam memahami makna-makna al-Qur’an. Di tempat lain Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa: ”Penyebab terjadinya kesesatan pada sebagian kalangan pengamal tasawwuf adalah karena keyakinan mereka yang mendalam dan berlebihan (ekstrim) terhadap para nabi dan para ulama shaleh (Waliyullah)”[8] .
(وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدّاً وَلَا سُوَاعاً وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْراً) -نوح:23-.
Dan mereka berkata:"Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa', yaghuts, ya'uq dan nasr", (QS. 71:23).
Perkara ta’assub (fanatisme) ini sebenarnya sudah dinafikan oleh para ulama. Imam Abu Hanifah berkata: ”tidak sah bagi seseorang mengikuti pendapat kami selama ia tidak mengetahui dari mana sumbernya”.[9]
Dengan nada yang sama pendiri mazhab Maliki, yaitu imam Malik dengan tegas menyatakan: ”Saya hanyalah manusia biasa, pandangan saya boleh salah dan betul, oleh karena itu teliti terlebih dahulu pandangan saya, kalau pandangan saya sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah maka silahkan ambil, namun kalau ternyata tidak sesuai maka silahkan tinggalkan pandangan tersebut” .
Sedangkan pernyataan imam Syafi’i dalam hal ini: ”segala masalah yang memiliki sandaran dari Rasulullah Saw, namun bertentangan dengan pandanganku, maka saya akan tarik kembali pandangan tersebut, baik ketika saya masih hidup atau sesudah aku mati”
Tidak ketinggalan imam Ahmad bin Hanbal menyikapi segala bentuk ta’assub mazhab dan menyerukan untuk kembali kepada sandaran pendapat bagi masing-masing mazhab. Beliau berkata: ”jangan engkau mengikuti pandanganku, begitupun pandangan Malik, Syafi’i, Auza’i dan at-Thauri, tapi ambillah pandangan mereka dari sumber aslinya” [10]
Ini sebahagian dari faktor dan motif timbulnya ajaran sesat, dan merupakan sentral kesesatan yang beredar dan berkembang dari zaman klasik sehingga zaman sekarang (kontemporari).



2.      ALIRAN-ALIRAN YANG DIANGGAP SESAT
a)      NII (Negara Islam Indonesia)
            Menurut laporan, NII didirikan pada tahun 1948 oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo dan kawan-kawanya di jawa barat, tetapi secara terpisah dan kemudian bergabung; NII muncul di sulawesi selatan (1952)di bawah pimpinan Kahar Muzakkar, (1953) di bawah pimpinan daud Beureuh. Pada tahun 1962 pimpinan NII tertangkap pemerintah RI, dan kartosoewirjo dihukum mati.[11]
            kemudian diteruskan oleh beberapa imam hingga akhir ini dipimpin oleh Syeh Panji Gumilang. Gerakan ini mempercayai sunnatullah (hukum Allah yang telah ditetapkanNya atau ketetapan yang tidak akan berubah) bahwa kejadian Futuh Mekah akan terulang serupa kembali di Indonesia., namun tidak ada penjelasan dalam Al-Quran bahwa kejadian-kejadian dalam Al-Quran akan terulang kembali secara identik
            Gerakan ini beranggapan bahwa merekalah yang akan membangkitkn Islam di hari kemudian kelak. Memang benar bahwa banyak dalil yang menjelaskan Islam akan berjaya kembali namun tidak ada penjelasan bahwa NII-lah yang menjayaknnya. Hal ini masih ghaib dan tidak ada yang tahu secara pasti seperti yang dijelaskan pada QS An-Naml ayat 65: “Katakanlah: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.”
            Kerugian yang diterima umat islam secara moril adalah telah tercemarinya pemikiran dan pemahaman mereka tentang islam, sehingga mereka sama sekali tidak menyadari dan tanpa terasa telah terjerumus pada suatu keyakinan yang menjungkir-balikkan prinsip-prinsip keimanan (aqidah) yang untuk selanjutnya berdampak pada pelecehan terhadap syari’at serta bermuara pada kemerosotan akhlak.[12]
           
            Tauhid mereka diambil dari surat Al-Fatihah dan An-Nas karena mereka berpendapat bahwa apabila kita membaca buku pembuka dan penutup maka inti sari buku itu akan ditemukan.
PEMBUKA (Al-Fatihah)
PENUTUP (An-Nas)
- Robbi Tuhan Semesta alam
- Malik Penguasa hari pembalasan
- N’budu Menyembah
- Robbi tuhan yang mnguasai manusia
- Malik raja manusia
- Ilahi disembah

            Oleh karena itu seluruh isi Al-Qur’an dianggap sebuah buku tata negara. Dan ketaatan kepada negara sama saja seperti ketaatan mereka terhadap Allah. Negara hanyalah sebuah benda mati, yang menggerakannya adalah para pemimpin. Pimpinan yang menjalankan perintah negara dianggap rasul, sebab menurut mereka tugas rasul menyampaikan isi kandungan Al-Quran sama halnya seperti pemimpin.
            Selajutnya pada setiap mereka menafsirkan (asma Allah, din, agama, darul) segalanya dihubungkan pada “negara” dan penafsiran (rasul, nabi-nabi termasuk nabi muhammad) dihubungkan kepada “pemimpin negara” karena menurutnya tugas pemimpin negara sama halnya seperti nabi dan rasul yang tidak lain adalah menerapkan isi Al-Quran.
            Syari’at yang ditegakkan hanya menggunakan Al-Quran sebagai segala sumber pengambilan keputusan. Karena menurutnya Al-Quran adalah buku tata negara yang terdapat segala ilmu kehidupan manusia di dalamnya. Mereka tidak menggunakan hadis dikarenakan menurut mereka banyak yang dhaif, kecuali hadis itu menguntungkan bagi mereka. Dana umat yang di sedot oleh NII struktural adalah (satu trilyun empat ratus satu milyar dua ratus juta rupiah) yang kemudian diwujudkan dalam bentuk bangunan Al-Zaytun yang konon biayanya menelan angka sampai hitungan sekitar 4 trilyun rupiah.[13]

b)   IM (Ikhwanul Muslimin)
Ikhwanul Muslimin adalah pergerakan Islam yang didirikan oleh Hasan Al Banna (1906-1949 M) di Mesir pada tahun 1941 M. Diantara tokoh-tokoh pergerakan itu ialah : Said Hawwa, Sayyid Quthub, Muhammad Al Ghazali, Umar Tilimsani, Musthafa As Siba'i, dan lain sebagainya.
Sejak awal mula didirikan pergerakan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran Jamaludin Al Afghani, seorang penganut Syi'ah Babiyah, yang berkeyakinan wihdatul wujud (bersatunya hamba dengan Dzat Allah), bahwa kenabian dan kerasulan diperoleh lewat usaha, sebagaimana halnya menulis dan mengarang. Dia --Jamaludin Al Afghani-- kerap mengajak kepada pendekatan Sunni-Syiah, bahkan juga mengajak kepada persatuan antar agama[14].
Gerakan itu lalu bergabung ke banyak negara seperti : Syiria, Yordania, Iraq, Libanon, Yaman, Sudan dan lain sebagainya. (Lihat)[15]. Ia (Jamaludin Al Afghani) telah dihukumi/dinyatakan oleh para ulama negeri Turki, dan sebagian masyayikh (para Syaikh Ahlus Sunnah) Mesir sebagai orang Mulhid, kafir, zindiq, dan keluar dari Islam.
Dalam bertauhid aliran ini mengadopsi madzhab tafwidh, yaitu madzhab yang tidak mau tahu dan meyerahkan begitu saja perkara asma' dan sifat Allah kepada- Nya, tanpa meyakini apa-apa. Itu adalah madzhab sesat, bukan sebagaimana madzhab As Salaf As Shalih yang meyakini makna-makna asma' dan sifat Allah, namun menyerahkan hakikat/bagaimana asma' dan sifat tersebut kepada-Nya.
Hasan Al Banna juga mengambil aqidah dari thariqat sufiah quburiah yang bernama Al Hashafiah , dimana aqidah itu penuh dengan ajakan kepada syirik, kuburan-kuburan dijadikan tempat berthawaf dan tempat memohon segala sesuatu yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah.
Mobilitas aliran IM (Ikhwanul Muslimin)  tak lepas dari Beberapa prinsip yang menjadi based activity [16] antara lain:
Ba’iat
Bai'at mereka dibagi menjadi dua macam:  Pertama, bai'at Shufiyah yang mengharuskan taat seratus persen kepada guru dan pemimpin. Umar At-Tilmisani berkata dalam bukunya "Dzikriyat La Mudzakkarat" berkata, "Seorang di hadapan Hasan Al-Banna harus seperti mayat di depan orang yang memandikannya." Ini termasuk syiar Sufiyah yang berbunyi, "Mendengar dengan pendengaran al Banna, melihat dengan penglihatan Al Banna." Yang berarti mengharuskan ta'at, tidak boleh melanggar.
Kedua, baiat Militer. Bai'at ini mengharuskan sseorang taat pada pimpinan dalam jihad , peperangan dan yang berkaitan dengannya sebagaimana yang telah disebutkan dimuka ahwa jama'ah ikhwanul muslimin adalah jama'ah sufiyah dan militer.


Mu’amalah dengan Negara.
Dalam mu'amalahnya dengan negara, Ikhwanul Muslimin menempuh jalan demonstrasi, mencari sebanyak mungkin dukungan dan membuat selebaran-selebaran untuk disebarkan guna mencari dukungan dalam menyebarkan aksinya

c)          JAMA’AH TABLIGH
Jama’ah Tabligh adalah salah satu dari jama’ah dakwah yang hingga sekarang tetap eksis keberadaannya, Jama’ah Tabligh didirikan oleh Syaikh Maulana Ilyas bin Syaikh Muhammad Ismail Al-Kandahlawi Al-Hanafi –Rahimahullah- di benua hindia, tepatnya di kota Sahar Nufur. Beliau dilahirkan tahun 1303 H. di lingkungan keluarga yang mengikuti thariqat Al-Jitsytiyyah ash-Shufiyyah. Beliau orang yang hafidz (hafal Qur’an) dan menimba ilmu di Madrasah Diyuband setelah diba’iat oleh guru besar Thariqat, Syaikh Rasyid Ahmad Al-Katskuhi.
Pusat perkembangan jama’ah tabligh ada di India, tepatnya perkampungan Nidzammudin, Delhi. Mereka memiliki masjid sebagai pusat tabligh yang dikeliliingi oleh 4 kuburan wali. Mereka terkesan sangat mengagungkan masjid tersebut dan menganggap suci masjid yang ada kuburannya tersebut. Da’wah jama’ah tabligh menyebar hingga ke Pakistan, Bangladesh dan negara-negara asia timur dan menyebar hingga ke seluruh dunia. Tujuan dakwah mereka adalah membina ummat islam dengan konsep khuruj/jaulah yang lebih menekankan kepada aspek pembinaan suluk/akhlak, ibadah-ibadah tertentu seperti dzikir, zuhud, dan sabar[17].
Jama’ah tabligh bermanhaj shufi dalam masalah aqidah. Tasawwuf sangatlah mendominasi anggota-anggota jama’ah dimana mereka sangat bersemangat dalam ibadah, dan dzikir, melatih diri dengan sedikit makan dan minum, tidur dan berbicara. Mereka juga mencurahkan perhatian besar terhadap mimpi dan takwilnya. Aqidah mereka menurut pandangan ahlus sunnah wal jama’ah adalah rusak dan khatir, sesat dan menyesatkan. Aqidah jama’ah tabligh tercampur baur dengan syirik, khurafat, bid’ah, wihdatul wujud dan hulul
Mereka berkeyakinan akan adanya mukasyafah, wali-wali aqhtab, dan mereka membenarkan ucapan-ucapan syatahat. Mereka juga menghidupkan dan mengajarkan bid’ah-bid’ah syirkiyyat seperti tabaruk[18], tawassul terhadap makhluk, terhadap kuburan-kuburan nabi dan wali, dan kesyirikan-kesyirikan yang nyata lainnya. Mereka juga menghidupkan bid’ahbid’ah mawalid dengan membaca qashidah burdah yang penuh dengan kesyirikan dan kebid’ahan.
Diantara beberapa semple penyelewengan dan kesyirikan-keserikan jama’ah tabligh yang menjadi aktifitas keseharian mereka adalah menggantungkan jimat-jimat atau mantra-mantra yang tidak terlepas dari permintaan pertolongan dan perlindungan dari selain Allah (lihat Al Qoulul baligh halaman 13). Dalam islam sudah jelas bahwa memakai jimat hukumnya haram dan merupakan syirik lebih-lebih mereka menggantungkan sepenuhnya kepada jimat-jimat tersebut. Rosullallah bersabda :
“Barang siapa mengantugkan jimat-jimat maka dia sungguh berbuat syirik”[19]
Dan ancaman yang diberikan kepada mereka sangatlah pedih Allah berfirman dalam QS. Al-maidah : 72

                         لقد كفر الذ ين قالواان الله هو المسيح اب مريم وقال المسيح يبنياسرا ء يل اعبدواالله ربي وربكم انه من يشرك بالله فقد حرم الله عليه الجنه وماء ويه النا وما للظلمين                             
 من انصار                                                                                                                      
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah maka pasti Allah mengharamkan padanya surga dan tempatnya ialah neraka, tida ada bagi orang yang dhalim itu seorang penolongpun”
           
            Perkembangan Jamaah Tabligh di kota banjar masin di awali dengan kedatangan H. Firdaus  dan dr. H. Noor dari mesjid kebon jeruk Jakarta dan H. Zaini dari Lampung pada tahun 1975 guna melakukan khuruj atau dakwah (tabligh). Hingga tahun 1987, kegiatan khuruj yang dilakukan JT di Banjarmasin masih dilakukan para pendatang, yang biasanya menetap 20 hari dalam setahun  dengan jumlah anggota yang sangat terbatas. JT di Banjarmasin mulai mengalami perkembangan cukup berarti setelah kepulangan Ustadz Luthfi, penduduk asli Banjarmasin, dari menuntut ilmu di Mesir dan Madinah. Dengan bekal ilmu agama yang cukup , hafizh al-Qur’an, dan tutur kata yang mempesona dalam berceramah, semasa kuliah sudah menjadi aktifis JT, dia mampu menarik perhatian banyak orang untuk ikut secara suka rela menjadi anggota dan terlibat secara aktif dalam kegiatan JT. Semakin lama jumlah anggota JT semakin banyak, sehingga dirasa perlu untuk menyediakan tempat permanen sebagi pusat pembinaan dan dakwah.[20] Meskipun sudah berkembang dan banyak pengikut kita harus tetap berpegang teguh bahwa Aqidah mereka menurut pandangan ahlus sunnah wal jama’ah adalah rusak dan khatir, sesat dan menyesatkan. Aqidah jama’ah tabligh tercampur baur dengan syirik, khurafat, bid’ah, wihdatul wujud dan hulul

d)Ahmadiyah[21]
Ø  Gerakan Ahmadiyah
Gerakan Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di India. Mirza lahir 15 Februari 1835 M. dan meninggal 26 Mei 1908 M di India.
Ahmadiyah masuk di Indonesia tahun 1935, kini sudah mempunyai sekitar 200 cabang, terutama Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Palembang, Bengkulu, Bali, NTB dan lain-lain.
Pusatnya sekarang di Parung Bogor Jawa Barat, mempunyai gedung yang mewah, perumahan para pimpinan/pegawai di atas tanah seluas 15 ha. Terletak di pinggir jalan raya Jakarta Bogor lewat Parung.
Aliran sesat Ahmadiyah sudah banyak dilarang secara lokal/daerah, tetapi belum secara nasional. LPPI dan Majelis Ulama Indonesia serta organisasi-organisasi Islam tingkat pusat sudah mengirim surat kepada pemerintah cq. Kejaksaan Agung RI tapi belum berhasil dan masih memerlukan perjuangan yang lebih intensif lagi.
Ahmadiyah Indonesia mempunyai dana yang cukup besar untuk membiayai kegiatan mereka. Untuk menggaji pegawainya saja sekitar Rp.60.000.000 (enam puluh juta rupiah)/bulan.
Ahmadiyah setiap bulannya membagikan brosur darsus (edaran khusus) kepada masyarakat, organisasi-organisasi Islam, dan tempat-tempat yang mereka anggap sebagai sasaran propaganda. Juga membagikan buku-buku yang berisi ajaran Ahmadiyah secara gratis kepada masyarakat.
Mereka telah mempunyai internet untuk menyebarkan propaganda di pusatnya di Parung, di Tasikmalaya, dan Garut Jawa Barat. Setiap ceramah yang diberikan oleh khalifah mereka di London disiarkan langsung oleh internet mereka di tiga tempat tersebut dan langsung diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Ø  Pokok-pokok Ajaran Ahmadiyah[22]
Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya Nabi dan Rasul utusan Tuhan.
Dia mengaku dirinya menerima wahyu yang turunnya di India, kemudian wahyu-wahyu itu dikumpulkan seluruhnya, sehingga merupakan sebuah kitab suci dan mereka beri nama kitab suci Tadzkirah. Tadzkirah itu lebih besar dari pada kitab suci Al-Qur’an.
Mereka meyakini bahwa kitab suci Tadzkirah sama sucinya dengan kitab suci Al-Qur’an karena sama-sama wahyu dari Tuhan.
Wahyu tetap turun sampai hari Kiamat begitu juga Nabi dan Rasul tetap diutus sampai hari Kiamat juga.
Mereka mempunyai tempat suci tersendiri yaitu Qadian dan Rabwah.
Mereka mempunyai surga sendiri yang letaknya di Qadian dan Rabwah dan serti-fikat kavling surga tersebut dijual kepada jamaahnya dengan harga yang sangat mahal.
Wanita Ahmadiyah haram nikah dengan laki-laki yang bukan Ahmadiyah, tetapi lelaki Ahmadiyah boleh kawin dengan perempuan yang bukan Ahmadiyah.
Tidak boleh bermakmum dengan (di belakang) imam yang bukan Ahmadiyah.
Ahmadiyah mempunyai tanggal, bulan, dan tahun sendiri yaitu nama bulan: 1.Suluh 2.Tabligh 3.Aman 4.Syahadah 5.Hijrah 6.Ikhsan 7.Wafa 8.Zuhur 9.Tabuk 10.Ikha 11.Nubuwah 12. Fatah. Sedang nama tahun mereka adalah Hijri Syamsyi (disingkat HS)

Ø  Ringkasan Kesesatan Ahmadiyah[23]

Dari hasil penelitian LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) ditemukan butir-butir kesesatan dan penyimpangan Ahmadiyah ditinjau dari ajaran Islam yang sebenarnya. Butir-butir kesesatan dan penyimpangan itu bisa diringkas sebagai berikut:
1. Ahmadiyah Qadian berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad dari India itu adalah nabi dan rasul. Siapa saja yang tidak mempercayainya adalah kafir dan murtad.
2. Ahmadiyah Qadian mempunyai kitab suci sendiri yaitu kitab suci Tadzkirah.
3. Kitab suci Tadzkirah adalah kumpulan “wahyu” yang diturunkan “Tuhan” kepada “Nabi Mirza Ghulam Ahmad” yang kesuciannya sama dengan Kitab Suci Al-Qur’an dan kitab-kitab suci yang lain seperti; Taurat, Zabur dan Injil, karena sama-sama wahyu dari Tuhan.
4. Orang Ahmadiyah mempunyai tempat suci sendiri untuk melakukan ibadah haji yaitu Rabwah dan Qadian di India. Mereka mengatakan, “Alangkah celakanya orang yang telah melarang dirinya bersenang-senang dalam Haji Akbar ke Qadian. Haji ke Makkah tanpa haji ke Qadian adalah haji yang kering lagi kasar”. Dan selama hidupnya “Nabi” Mirza Ghulam Ahmad tidak pernah pergi haji ke Makkah.
5. Orang Ahmadiyah mempunyai perhitungan tanggal, bulan dan tahun sendiri. Nama-nama bulan Ahmadiyah adalah: 1. Suluh 2. Tabligh 3. Aman 4. Syahadah 5. Hijrah 6. Ihsan 7. Wafa 8. Zuhur 9. Tabuk 10. Ikha’ 11. Nubuwah 12. Fatah. Sedang tahunnya adalah Hijri Syamsi yang biasa mereka singkat dengan HS. Dan tahun Ahmadiyah saat penelitian ini dibuat 1994 M/1414 H adalah tahun 1373 HS. Kewajiban menggunakan tanggal, bulan, dan tahun Ahmadiyah tersendiri tersebut di atas adalah perintah khalifah Ahmadiyah yang kedua yaitu: Basyiruddin Mahmud Ahmad.
6. Berdasarkan firman “Tuhan” yang diterima oleh “Nabi” dan “Rasul” Ahmadiyah yang terdapat dalam kitab suci Tadzkirah yang berbunyi:
Artinya: “Dialah Tuhan yang mengutus Rasulnya “Mirza Ghulam Ahmad” dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya atas segala agama-agama semuanya. (kitab suci Tadzkirah hlm. 621). [24]
Menunjukkan bahwa Ahmadiyah bukan suatu aliran dalam Islam, tetapi merupakan suatu agama yang harus dimenangkan terhadap semua agama-agama lainnya termasuk agama Islam.
7. Secara ringkas, Ahmadiyah mempunyai nabi dan rasul sendiri, kitab suci sendiri, tanggal, bulan dan tahun sendiri, tempat untuk haji sendiri serta khalifah sendiri yang sekarang khalifah yang ke-4 yang bermarkas di London Inggris bernama: Thahir Ahmad. (Setelah Tahir Ahmad mati, kemudian digantikan khalifah yang kelima). Semua anggota Ahmadiyah di seluruh dunia wajib tunduk dan taat tanpa reserve kepada perintah dia. Orang di luar Ahmadiyah adalah kafir, sedang wanita Ahmadiyah haram dikawini laki-laki di luar Ahmadiyah. Orang yang tidak mau menerima Ahmadiyah tentu mengalami kehancuran.
8. Berdasarkan “ayat-ayat” kitab suci Ahmadiyah Tadzkirah. Bahwa tugas dan fungsi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai Nabi dan Rasul yang dijelaskan oleh kitab suci umat Islam Al-Qur’an, dibatalkan dan diganti oleh “nabi” orang Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad.[25]
Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan bunyi kitab suci Ahmadiyah Tadzkirah yang dikutip di bawah ini:[26]

8.1. . Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci Tadzkirah:
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab suci Tadzkirah ini dekat dengan Qadian-India. Dan dengan kebenaran kami menurunkannya dan dengan kebenaran dia turun”. (Kitab Suci Tadzkirah hlm. 637).
8.2. . Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci Tadzkirah:
Artinya: ”Katakanlah, –wahai Mirza Ghulan Ahmad– “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku”. (Kitab Suci Tadzkirah hlm. 630)
8.3. Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci Tadzkirah,
Artinya: “Dan kami tidak mengutus engkau –wahai Mirza Ghulam Ahmad- kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam”. (Kitab Suci Tadzkirah hlm. 634)
8.4. Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci Tadzkirah,
Artinya: “Katakan –wahai Mirza Ghulam Ahmad” -– Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, hanya diberi wahyu kepada-Ku”. (Kitab Suci Tadzkirah hlm.633).
8.5. Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci Tadzkirah,
Artinya: “Sesungghnya kami telah memberikan kepadamu –wahai Mirza Ghulam Ahmad– kebaikan yang banyak.” (Kitab Suci Tadzkirah hlm. 652)
8.6. Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci Tadzkirah,
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menjadikan engkau –wahai Mirza Ghulam Ahmad-– imam bagi seluruh manusia”. (Kitab Suci Tadzkirah hlm. 630)
8.7. Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci Tadzkirah,
Artinya: Oh, Pemimpin sempurna, engkau -–wahai Mirza Ghulam Ahmad-– seorang dari rasul–rasul, yang menempuh jalan betul, diutus oleh Yang Mahakuasa, Yang Rahim.”1)
1. Kitab suci Tadzkirah, bagian XCVIV, Majalah Sinar Islam, 1 Nopember 1985.—–
8.8. Dan masih banyak lagi ayat–ayat kitab suci Al-Qur’an yang dibajaknya. Ayat–ayat kitab suci Ahmadiyah Tadzkirah yang dikutip di atas, adalah penodaan dan bajakan–bajakan dari kitab suci umat Islam, Al-Qur’an. Sedang Mirza Ghulam Ahmad mengaku pada umatnya (orang Ahmadiyah), bahwa ayat–ayat tersebut adalah wahyu yang dia terima dari “Tuhannya” di India[27]
3. CARA MENGHINDARI ALIRAN SESAT
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan sesat jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah (Hadits).” (HR. Al Hakim. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan). [28]Dari hadits ini jelaslah bahwa cara agar terhindar dari kesesatan adalah berpegang teguh terhadap Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Yaitu dengan mempelajarinya, lalu mengamalkannya. Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang[29].” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada hadits tersebut terdapat isyarat pentingnya mempelajari ilmu agama, yaitu Al Qur’an dan Hadits. Karena pada hakekatnya, orang yang terjerumus dalam kesesatan adalah orang yang tidak paham dan tidak mengerti ilmu agama dengan baik dan benar. Sebagaimana Allah Ta’ala mensifati orang-orang musyrikin yang sesat sebagai orang-orang yang tidak paham: (yang artinya) “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu”[30] (QS.Al Furqan: 44)
Karena ilmu agama akan menjaga seseorang dari kemaksiatan dan kesesatan. Semakin tinggi ilmunya, semakin tebal perisainya terhadap kemaksiatan dan kesesatan. Sebagaimana perkataan para ulama kita terdahulu ketika membandingkan ilmu dan harta: “Ilmu akan menjaga pemiliknya di dunia dan di akhirat. Sementara harta tidak dapat menjagamu. Bahkan dirimulah yang menjaga harta-hartamu di dalam kotak dan lemari”.[31] (Dinukil dari Kayfa Tatahammas fi Thalabil ‘Ilmi Asy Syar’i, Abul Qa’qa Alu Abdillah)
Secara ringkas, ada beberapa tips yang dapat dilakukan agar seseorang terhindar dari pengaruh aliran sesat, antara lain:[32]
  1. Mempelajari ilmu agama. Selain karena hukumnya wajib, dengan mempelajari agama seseorang akan mampu mengetahui ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan Islam namun disamarkan seolah merupakan ajaran Islam. Hadirilah majelis-majelis ta’lim yang dibimbing oleh ustadz yang terpercaya. Belilah buku, majalah, VCD atau MP3 yang berisi kajian Islam ilmiah yang membahas Al Qur’an dan hadits di dalamnya. Namun berhati-hatilah terhadap majelis-majelis ta’lim, buku, majalah atau VCD yang di dalamnya jarang atau bahkan tidak membahas Al Qur’an dan Hadits, walaupun isinya kelihatan baik
  2. Kenali dan pahami ciri-ciri aliran sesat
  3. Sering bergaul dengan ahlul ‘ilmi, yaitu orang-orang yang memiliki kapasitas ilmu agama yang baik, atau orang-orang yang semangat menuntut ilmu agama
  4. Jadilah insan yang ilmiah, yang senantiasa melakukan sesuatu atas dasar yang kokoh
  5. Taruhlah rasa curiga bila menemukan sekelompok orang yang berdakwah Islam namun dengan cara sembunyi-sembunyi dan takut diketahui orang banyak
  6. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ulama atau ustadz yang terpercaya ketika menemukan sebuah keganjilan dalam praktek beragama
  7. Berdoa memohon pertolongan Allah agar dihindarkan dari kesesatan dan dimantapkan dalam kebenaran. Sebagaimana dicontohkan pula oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau berdoa: Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbii ‘alaa diinik . Artinya: “Ya Allah, Dzat Yang Membolak-balikan Hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu”. (HR. Muslim)
Terakhir, penulis menasehati diri sendiri dan kaum muslimin sekalian agar membudayakan sikap saling menasehati dalam kebaikan. Karena Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasehat” (HR.Bukhari dan Muslim). Maka tulisan ini adalah bentuk nasehat di balik sebuah harapan besar agar kaum muslimin sekalian terhindar dari jalan-jalan kesesatan dan bersatu di jalan kebenaran. Sehingga jika pembaca menemukan ciri-ciri aliran sesat sebagaimana telah disebutkan, kewajiban pertama adalah menasehati. Bukan menyesat-nyesatkan, mencaci-maki, melakukan aksi anarkis apalagi memvonis kafir. Sebab, terjerumus dalam jalan kesesatan belum tentu kafir. Wabillahittaufiq.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menunjukkan kita kepada jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang diberikan nikmat, bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan orang-orang tersesat[33]















BAB III
KESIMPULAN
1.          Kriteria yang ditetapkan MUI (Majelis Ulama’ Indonesia) dapat menjadi barometer kita dalam menilai sebuah jama’ah/aliran agar kita terhindar dari penyesatan yang berkedok Aqidah.
2.          Dari beberapa penyimpangan-penyimpangan oleh aliran NII (Negara Islam Indonesia) Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh dan Ahmadiyah cukup bagi kita untuk menilai sejauh mana aliran itu menyeleweng dari aqidah ahlussunnah wal jama’ah.

وان هذا صراطي مسقيمافاتبعوه ولاتتبعواالسبل فتفرق بكم عن سبيله                              
 ذالكم وصكم به لعلكم تتقون                                                                                

 “Dan bahwasannya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan itu akan mencerai beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertazwa” (QS. Al Ana’am :153)

3)      Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan sesat jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah (Hadits).” (HR. Al Hakim. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan).






DAFTAR PUSTAKA
·        Ridwan, Nur Khaliq. 2008. Regenerasi NII membedah jaringan Islam Jihadi di Indonesia, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
·         Ahmad Jaiz Hartono, Bahaya Islam Jama’ah-Lemkari-LDII, Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI).
·        Ahmad, Haidlor Ali, 2007. Respon Pemerintah, Ormas, & Masyarakat terhadap Aliran Keagamaan di Indonesia, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
·        Jaiz, Hartono Ahmad, 2006. Aliran dan paham sesat di Indonesia, Jakarta: Pustaka Al-kautsar
  • Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc. Membongkar Kedok Jamaah Tabligh
Syariah, Manhaji, 07 - Agustus - 2004,
  • Muhammad Fuad Qawam, Lc, Mengenal Tokoh-Tokoh Ikhwanul Muslimin, Cahaya Tauhid Press, Malang, Cetakan Pertama: Sya'ban 1426 H./September 2005M.
  • (Sumber: Buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, karya Hartono Ahmad Jaiz, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, cetakan 17, tahun 2008.
  • Bahjatul qulub karya Muhammad Iqbal, salah seorang tokoh
            jama’ah tabligh,
·        Syaikh Ayyid asy Syamari. Membongkar pikiran Hasan Al Banna – Ikhwanul Muslimin (II) Jum'at, 14 November 2003 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar