A.fasal I:Hakekat Ilmu dan Fiqih serta keutamaanya
Di dalam kitab Ta’limul Muta’allim
Ilmu ditafsiri dengan : sifat yang dimiliki oleh seseorang, maka menjadi
jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya.keutamaan ilmu sudah tidak
diragukan lagi bagi siapapun,karena ilmu merupakan sesuatu yang khusus (ciri
khas) manusia.seba segala hal diluar ilmu itu dimiliki oleh manusia dan
binatang.Dengan ilmu pula Allah memberikan keunggulan kepada nabi Adam as atas
para malaikat.keutamaan ilmu hanya karena ia menjadi wasilah atau pengantar
menuju ketaqwaan yang menyebabkan orang tersebut berhak mendapatkan kemulyaan
dari Allah SWT.Fiqih adalah pengetahuan tentang kelembutan – kelembutan ilmu.
Menurut Abu Hanifah Fiqih adalah pengetahuan tentang hal – hal yang berguna.
Jika Ilmu itu hanya untuk diamalkannya, sedang mengamalkan disini berarti
meninggalkan orientasi dunia demi akhirat.
Pada fasal pertama ini syaikh
Az-Zarnujiy menerangkan tentang kewajiban Belajar, yang sudah pasti tertera
dalam hadist nabi “menuntut ilmu itu hukumnya fardlu atas setiap muslim,
baik lelaki maupun perempuan”. Pada
fasal ini pula menjelaskan tentang ilmu-ilmu apa saja yang wajib dipelajari.
Dalam syarahnya kitab Ta’limul Muta’allim bahwa yang fardlu bagi setiap muslim
itu bukanlah menuntut segala macam ilmu, tetapi hanyalah “ilmu Hal” (ilmu
tingkah laku/keadaan, maksudnya pengetahuan-pengetahuan yang menunjang
kehidupan agamanya). Syaikh Az-Zarnujiy
membagi tentang definisi-definisi ilmu yang harus kita pelajari.
1)
ilmu fardhu `ain: yaitu ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap
muslim secara individual. Adapun kewajiban menuntut ilmu yang pertama kali
harus dilaksanakan adalah mempelajari ilmu tauhid: yaitu ilmu yang menerangkan keesaan Allah
beserta sifat-sifat-Nya. Baru kemudian mempelajari ilmu-ilmu lainnya, seperti fiqih,
shalat, zakat, haji dan lain sebagainya yang kesemuannya berkaitan dengan
tatacara beribadah kepada Allah. Orang muslim wajib mempelajari ilmu yang
selalu di butuhkan pada setiap saat. Ia
wajib melakukan shalat, berarti wajib pula mengetahui ilmu tentang shalat,
wajib mempelajari ilmu-ilmu tentang puasa dan zakat bila cukup harta, dan tentang
haji bila sudah mampu menunaikannya. Wajib pula mengetahui ilmu-ilmu yang lain
sehubungan dengan muamalah dan berbagai jenis pekerjaan yang wajib mengetahui
ilmu tentang bagaimana menyingkiri haram yang mungkin terjadi dalam hal
muamalah dan kerjanya tadi. Termasuk yang diketahui oleh setiao muslim pula
adalah ilmu gerak hati (pembinaan hati) termasuk tentang tawakkal,
inabah (mengembalikan segala hal kepada Allah), taqwa dan rela hati. Setiap
muslim wajib pula mempelajari segala macam ilmu akhlak.
2)
ilmu fardhu
kifayah adalah ilmu yang kebutuhannya hanya dalam saat – saat tertentu saja
seperti ilmu shalat jenazah. Dengan demikian, seandainya ada sebagian penduduk
kampung telah melaksanakan fardhu kifayah tersebut, maka gugurlah kewajiban
bagi yang lainnya. Tetapi, bilamana seluruh penduduk kampung tersebut tidak
melaksanakannya, maka seluruh penduduk kampung itu menanggung dosa. Ada
dikatakan orang “mengetahui ilmu yang diperlukan setiap orang pada setiap saat, adalah ibarat makan (dalam
arti diperlukan oleh setiap orang di setiap saatnya) dimana wajib atas setiap
orang: sedang yang diperlukan dalam waktu-waktu tertentu saja, adalah bagaikan
obat dimana di perlukannya pada masa-masa tertentu saja”.
3)
Ilmu haram yaitu
suatu ilmu yang haram untuk di pelajari seperti ilmu nujum untuk meramalkan
orang sakit sebab akan membahayakan lagi pula tidak membawa manfaat, dan memang
mengingkari takdir Allah adalah tidak mungkin akan terjadi. Tetapi pengecualian
jikalau kita mempelajari ilmu nujum (ilmu perbintangan-ilmu falak) untuk
tujuan agar dapat mengetahui arah kiblat dan waktu shalat, maka bolehlah
dilakukan.
4)
lmu jawaz
yaitu ilmu yang hukum mempelajarinya boleh karena bermanfaat bagi manusia.
Misalnya ilmu kedokteran, yang dengan mempelajarinya akan diketahui sebab dari
segala sebab (sumber penyakit). Hal ini diperbolehkan karena Rasullah Saw. juga
memperbolehkan.
Sesungguhnya manusia bisa mulya karena ilmunya, sebab ilmu
itu khusus dimiliki manusia. Cukup menunjukkan kemulyaan ilmu akan menjadi
wasilah Takwalah, di mana dengan taqwa itu pula orang bisa menduduki maqam
kemulyaan di sisi Allah dan kebahagiaan yang abadi.syekh Az-zarnujiy menganggap
bahwa ilmu fiqih merupakan ilmu yang penting dan mengutamakanya.karena menurut kami ilmu fiqih merupakan manual atau
tata cara dalam menjalankan hidupdi dunia ini.tanpa mengetahuiilmu tersebut
hidup kita akan kacau dan tidak sesuai dengan tatanan yang ada.
Adalah sesuatu yang berlebihan bila
kita mengikuti anjuran Syaikh Az-Zarnujiy untuk hanya mempelajari ilmu yang
ditinggalkan oleh Nabi Saw, para sahabat, tabiin, serta tabi’ut tabi’in dengan
menafikan cabang-cabang ilmu keagamaan yang datang setelahnya, seakan kita
tidak mengakui adanya proses sayrurah (Perputaran) alam yang telah menjadi
sunnatullah dimana jika kita tidak ikut berjalan maka kita akan ditinggalkan.
Dari sini bisa dilihat cara berpikir Syaikh Az-Zarnujiy dengan keyakinannya
bahwa masa-masa terbaik adalah pada dekade awal Islam, padahal kalau kita coba
benar pahami perjalanan Islam selama ini justru akan kita temukan berbagai
macam perbaikan yang mengacu pada ilmu-ilmu yang datang setelahnya dengan tidak
menafikkan kerusakan yan diakibatkan.
seiring dengan berkembangnya zaman
dan kemajuan teknologi, maka ilmu-ilmu pun ikut berkembang sehingga kita
sebagai umat yang mempunyai peradaban tinggi dibandingkan umat lain juga tidak
boleh ketinggalan akan ilmu-ilmu baru yang terbentuk. Maka kita pun harus ikut
serta mempelajarinya untuk menghadapi tantangan zaman yang semaikn berkembang.memang
pada zaman dahulu ilmu perbintangan atau astronomi dilarang,salah satunya di
khawatirkan adanya prasangka buruk terhadaporang lain dan mendahului takdir
Allah.tetapi pada zaman sekarang ilmu astronomi sangat bermanfaat bagi manusia
apalagi dalam dunia islam.seperti untuk mengetahui keadaan cuaca,mengantisipasi
bencana alam,alat komunikasi antar manusia.perkembangan pemikiran semakin
maju,kita sebagai umat muslim juga jangan sampai kalah.tetapi kita juga harus
berpegang teguh terhadap aqidah kita,jangan sampai meninggalkan Al-quran dan
hadits.karena itu merupakan petunjuk bagi umat manusia.
B.Fasal
II : Niat di Waktu Belajar
Fashl ini, syekh Az-zarnujiy menjelaskan secara jelas tentang masalah niat. Karena niat merupakan pokok dan harus di miliki oleh para penuntut ilmu. Beliau menjelaskan secara jelas bagaimana
seorang penuntut ilmu berniat, karena dengan niat yang sungguh-sungguh dalam
melakukan aktifitas belajar maka akan mendapatkan pahala baik di dunia dan di
akhirat.Syaikh az-Zarnujiy menjelaskan bahwa niat adalah azas segala perbuatan,
maka dari itu adalah wajib berniat dalam belajar. Konsep niat dalam belajar ini
mengacu kepada hadis Nabi saw yang artinya “bahwasanya semua pekerjaan itu
harus mempunyai niat, dan bahwasanya setiap pekerjaan itu apa yang ia
niatkan".(HR. Bukhari)
Dengan demikan amal yang berbentuk duniawi seperti makan, minum dan tidur
bisa jadi amal ukhrawi dengan niat yang baik. Dan sebaliknya amal yang
berbentuk ukhrawi seperti shalat, membaca zikir jadi amal duniawi dengan niat
yang jelek seperti riya. Syaikh Zarnujiy berpendapat bahwa belajar adalah suatu pekerjaan, ia harus mempunyai niat belajar.
Syaikh Az-Zarnuji menjelaskan bahwasanya dalam belajar hendaklah berniat untuk:
•
Mencari ridha Allah ‘Azza wa Jalla
•
Memperoleh kebahagiaan akhirat
•
Berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan kaum yang bodoh
•
Mengembangkan dan melestarikan Islam
•
Mensukuri nikmat akal dan badan yang sehat.
Sebagaimana kutipan Syekh Burhanudin yang artinya Sungguh merupakan
kehancuran yang besar seorang alim yang tak peduli, dan lebih parah dari itu
seorang bodoh yang beribadah tanpa aturan, keduanya merupakan fitnah yang besar
di alam semesta bagi orang-orang yang menjadikan keduanya sebagai pedoman. Ini
mengisyaratkan bahwa orang yang pandai tetapi kependaiannya hanya untuk dirinya
sendiri tanpa memikirkan orang lain itu tidak berarti, begitu juga orang bodoh
beribadah ibadahnya bias batal atau ia akan mudah terjerumus ke aliran sesat.
Di samping itu Syaikh Az-Zarnujiy menyebutkan agar penuntut ilmu yang telah
bersusah payah belajar, agar tidak memanfaatkan ilmunya untuk urusan-urusan duniawi
yang hina dan rendah nilainya. Untuk itu kata Syaikh Az-Zarnujiy hendaklah
seseorang itu selalu menghiasi dirinya dengan akhlak mulia. Jadi yang perlu
dicamkan adalah bahwa dalam mencari ilmu harus dengan niat yang baik sebab
dengan niat itu dapat menghantarkan pada pencapaian keberhasilan. Niat yang
sungguh-sungguh dalam mencari ilmu adalah keridhaan Allah akan mendapatkan
pahala. Tidak diperkenankan dalam mencari ilmu untuk mendapatkan harta banyak.
Karena siapa saja yang telah merasakan kelezatan rasa ilmu dan amal, maka semakin kecillah
kegemarannya akan harta benda duniawi. Seseorang yang berilmu hendaknya jangan membuat dirinya
sendiri menjadi hina lantaran tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya,
orangyang berilmu disarankan untuk bertawadlu’ (sikap tengah-tengah antara
sombong dankecil hati), dan berbuat Iffah.
Dalam hal ini sekh az-zarnujiy menjelaskan bagaimana seharusnya yang harus
dilakukan oleh seorang siswa.bahkan beliau sudah memberikan gambaran dan
memikirkan bagaimana seharusnya yang dilakukan setelah proses belajar,yaitu
dengan memanfaatkan ilmu yang diperolehnya,sungguh teori yang yang
menakjubkan.dalam teori barat niat ini juga bisa di artikan termasuk hukum
kesiapan(law of readiness) yang dikemukakan oleh Edward lee trondike,menurut
beliau belajar akan berhasiljika memiliki kesiapan.ini juga bisa di artikan
drive(dorongan) yang bisa menghasilkan maindset yang berdampak pada out put
dari proses belajar itu sendiri.sehingga niat ini juga termasuk hal yang
penting dan tidak boleh dilupakan bagi seorang siswa.
C.Fashl
III : Memilih Ilmu, Guru dan Teman Serta
Ketabahan Berilmu
Syaikh Az-Zarnujiy bukan saja menjelaskan
tentang niat, akan tetapi beliau juga menjelaskan tentang bagaimana kita memilih ilmu yang akan kita pelajari, bagaimana
mencari seorang guru yang akan di jadikan sebagai pembimbing, penuntun dan pentransfer serta penyeimbang dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada kita, menjelaskan bagaimana kita harus sabar dan tabah dalam belajar, dan
bagaimana mencari teman yang akan kita jadikan sebagai partner dalam mencari ilmu.
a)
Syarat-syarat ilmu yang dipilih
Dianjurkan bagi kita untuk mempelajari ilmu yang dibutuhkan dalam
kehidupan agamanya terlebih dahulu lalu yang untuk waktu yang akan datang. Di
sarankan dalam kitab Ta’lim untuk terlebih dahulu mempelajari Tauhid, mengenali
Allah lengkap dengan dalilnya.selain itu kita harus mempelajari ilmu yang
berhubungan dengan aktifitas kita sehari-hari sebab merupakan sesuatu yang
menjadi tuntunan dalam menjalankan hidup ini.seperti halnya ilmu tentang
shalat,puasa,zakat dan akhlak terhadap sesama manusia sebagai makhluk sosial.
b)
Syarat-syarat guru yang dipilih
Ø Memilih yang
lebih Alim
Ø Waro’
Ø Lebih tua
usianya
Dalam zaman sekarang syarat-syarat
di atas tidak bisa di ambil begitu saja,karena dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan segala hal dapat dilaksanakan dengan mudah.seperti halnya belajar
secara otodidak atau melalui system online,akan tetapi kita juga harus tetap
memperhatikan kondisi yang ada.menurut teori kognitif jean peaget guru
merupakan sarana untuk menfasilitasi proses terjadinya ketidakseimbangan (disequibrium).dalam
memilih guru kami juga berpendapat secara umum memilih guru bisa juga diartikan
sebagai memilih tempat belajar atau sekolah.karena zaman dahulu seorang yang
ingin belajar harus datang ketempat sang guru mengajar.tetapi dengan
berkembangnya zaman dan ilmu pendidikan pada
saat ini sudah ada sekolah-sekolah dimana para guru berkumpul.sehingga
para siswa tidak usah susah payah datang ke rumah sang guru.tetapi kita harus
pandai-pandai memilih tempat pendidikan.mana yang sesuai dengan kemampuan dan
baik menurut kita.karena tidak semua tempat pendidikan sesuai dengan yang kita
harapkan.
c)
Sabar dan tabah dalam belajar
Diterangkan dalam kitab Ta’lim bahwa sabar dan tabah adalah pangkal keutamaan dalam segala hal. Sabar
disini diartikan sebagai sabar dalam memegangi hatinya dalam menghindari
kehendak hawa nafsunya, bersabar menghadapi berbagai macam bencana dan ujian.dalam
proses belajar juga terjadi kendala atau proses pemikiran,sehingga kita harus
bersabar dalam mengetahui kebenaran.
d)
Memilih teman
Salah satu tonggak keberhasilan kita dalam belajar yaitu bagaimana
kita mencari teman yang baik yang bisa menemani kita dalam hal belajar.
Disarankan untuk
·
Memilih teman yan tekun
·
Waro’
·
Jujur
·
Mudah memahami masalah
Dan dianjurkan untuk meninggalkan
·
Orang pemalas
·
Pengangguran
·
Banyak bicara
·
Mengacau dan memfitnah
Sebagai mana syair mengatakan :
لا تصحب الكسلا ن فى حا لا ته - كم صا لح بفسا د اخر يفسد
Yang artinya "janganlah engkau
bergaul denga seorang yang
pemalas, banyak orang yang baik lantaran bergaul denga orang yang rusak tingkah
lakunya, akhirnya ia menjadi rusak."
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Adalah sesuatu yang berlebihan bila
kita mengikuti anjuran Syaikh Az-Zarnujiy untuk hanya mempelajari ilmu yang
ditinggalkan oleh Nabi Saw, para sahabat, tabiin, serta tabi’ut tabi’in dengan
menafikan cabang-cabang ilmu keagamaan yang datang setelahnya, seakan kita
tidak mengakui adanya proses sayrurah (Perputaran) alam yang telah menjadi
sunnatullah dimana jika kita tidak ikut berjalan maka kita akan ditinggalkan.
Dari sini bisa dilihat cara berpikir Syaikh Az-Zarnujiy dengan keyakinannya
bahwa masa-masa terbaik adalah pada dekade awal Islam, padahal kalau kita coba
benar pahami perjalanan Islam selama ini justru akan kita temukan berbagai
macam perbaikan yang mengacu pada ilmu-ilmu yang datang setelahnya dengan tidak
menafikkan kerusakan yan diakibatkan. Bisa kita simpulkan bahwa, dalam kitab
ta’lim muta’alim karangan syekh az-zarnujiy ada hal-hal yang relevan dengan
zaman sekarang, ada pula yang harus diperbaiki. Sehingga, kita sebagai generasi
intelektual setidaknya kita tidak memaknai kitab itu secara tekkstual saja,
akan tetapi pemaknaan lain juga perlu kita lakukan, karena pengarang kitab itu
saya rasa juga menyesuaikan dengan zamannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Asrori,Ma’ruf.1996.etika belajar bagi penuntut ilmu.pelita dunia:surabaya